PT Rifan Financindo - MEDAN– Bank Mandiri menyiapkan sejumlah instrumen investasi guna menyerap dana repatriasi dalam program pengampunan atau amnesti pajak.
Instrumen tersebut antara lain Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Real Estate (KIK DIRE) senilai Rp2 triliun. Perseroan juga bakal menerbitkan efek beragun aset berbentuk surat partisipasi (EBA-SP) senilai Rp500 miliar serta obligasi sebesar Rp3,5 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, instrumen investasi tersebut akan menambah pilihan produk-produk keuangan lain yang dapat digunakan peserta program pengampunan atau amnesti pajak menempatkan dana tebusan maupun repatriasi.
”Kami melihat ada kebutuhan nasabah untuk jangka pendek dan jangka panjang akan skema investasi yang aman dan minim risiko. Rasanya hampir 70 persen akan memilih produk aman karena program ini masih dalam tahap awal,” ujar Kartika seusai sosialisasi program amnesti pajak di Medan, Sumatera Utara, pekan lalu.
Kartika mengatakan, saat ini pihaknya sedang menyiapkan detail instrumen tersebut. Produk KIK DIRE direncanakan memiliki tenor lima tahun dengan agunan aset yaitu Gedung Graha Mandiri dengan 31 lantai serta properti lain. Skema DIRE diharapkan menjadi pilihan menarik wajib pajak sebelum memilih investasi langsung di proyek-proyek infrastruktur atau proyek BUMN lain.
”Tantangannya sekarang bagaimana membuat nyaman para wajib pajak. Nanti selama tiga tahun kita ingin mereka semakin yakin untuk berinvestasi dengan produk yang ditawarkan Bank Mandiri. Sosialisasi menjadi sangat penting dan juga layanan dalam menjelaskan lebih lengkap dan detail,” ungkapnya.
Sosialisasi perseroan dilakukan secara langsung kepada nasabah maupun bersama Kementerian Keuangan untuk menjaring calon wajib pajak peserta program amnesti pajak. Sosialisasi tidak hanya secara langsung kepada nasabah, namun juga melalui sosialisasi tidak langsung seperti advertising dan media sosial.
Selain itu, Bank Mandiri juga telah menyiapkan call center dengan nomor 14000 serta email ke [email protected] untuk sarana komunikasi nasabah terkait program amnesti pajak. Kartika menambahkan, penjelasan ini sangat menantang karena banyak harta atau aset wajib pajak yang tersebar di berbagai negara dalam instrumen yang lebih kompleks.
Kebiasaan yang telah berlangsung puluhan tahun tersebut membutuhkan rasa nyaman dan percaya sebelum mereka bersedia memindahkan lalu berinvestasi. ”Di luar negeri itu lebih banyak produk mata uang dolar AS, semoga mereka akan nyaman pindahkan ke rupiah. Secara produk sama saja, namun kami tambahkan opsi seperti private placement di joint venture lalu juga ada DIRE.
Dugaan kita mereka awalnya akan masuk ke produk low risk seperti obligasi pemerintah. Mungkin sekitar 10-20 persen ada yang masuk ke investasi langsung,” paparnya. Dia menjelaskan, nasabah tentu memiliki portofolio penempatan uangnya baik dalam tunai ataupun investasi. Mereka kemungkinan akan menempatkan separuh dalam investasi.
Namun, hal ini juga akan butuh proses atau tidak dalam jangka waktu cepat. Namun, ujar dia, setidaknya dalam waktu dekat perbankan harus cepat menangkap uang yang masuk untuk deklarasi dan repatriasi. ”Ada beberapa karakter wajib pajak yang memanfaatkan program amnesti pajak ini.
Tapi, setidaknya kami akan rayu nasabah kredit kami untuk memindahkan uang tunainya juga di Bank Mandiri karena hubungan kami sudah baik dengan nasabah,” ujarnya. Selain membujuk nasabah, Bank Mandiri juga melengkapi layanan dengan pendampingan tenaga hukum dan private banking. Menurutnya, ada struktur hukum keuangan yang berbeda antara Indonesia dan negara surga keuangan seperti Singapura ataupun Swiss.
Hal ini akan membutuhkan penjelasan yang teknis dan detail. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menambahkan, perseroan telah siap sebagai bank persepsi untuk melayani wajib pajak yang ingin melakukan deklarasi dan repatriasi. Hal ini dibuktikan dengan kesiapan layanan deklarasi di 1.460 kantor cabang.
Sedangkan untuk repatriasi siap dilayani di 58 outlet prioritas pada cabang utama di 20 kota besar. Dia mengaku cukup banyak pertanyaan dan diskusi yang dilakukan para nasabah seputar program amnesti pajak. ”Ada 300 nasabah kami yang datang untuk penjelasan secara massal. Sedangkan yang melakukan tanya jawab personal ada 75 nasabah. Kegiatan ini akan dilakukan di kota besar selanjutnya yaitu Makassar.
Harapannya nasabah yang datang bisa mencapai 500 orang,” ucap Rohan. Dia menjelaskan, nasabah semakin menyadari program amnesti pajak yang terlihat dari jumlah wajib pajak yang hadir ke program sosialisasi. Perseroan menyediakan ruang khusus untuk membuat para wajib pajak merasa nyaman untuk datang dan bertanya. Meskipun belum ada transaksi repatriasi, pertanyaan yang diajukan sudah semakin detail dan teknis.
”Cabang di Shanghai bahkan sudah ada kedatangan nasabah yang bertanya soal tax treaty antara China dan Indonesia. Mereka melakukan konsultasi karena telah membayar pajak tahun ini ke China dan apa ini bisa jadi pengurang. Selain gencar sosialisasi, kami juga jajaki kerja sama untuk perluasan jangkauan dan diversifikasi kepada 16 bank pembangunan daerah atau BPD,” tuturnya.
Bank Mandiri memiliki 1.460 cabang yang tersebar di wilayah Indonesia yang dapat menerima penyetoran uang tebusan. Jumlah tersebut belum termasuk tujuh jaringan Kantor Luar Negeri Bank Mandiri yang juga dapat menerima uang tebusan (Singapura, Hong Kong, Shanghai, Cayman Islands, Kuala Lumpur, London, dan Dili).
Mandiri Group tidak hanya memiliki jaringan perbankan, namun juga manajemen investasi dan perusahaan sekuritas yang telah ditunjuk menjadi gateway dari program amnesti pajak. Sosialisasi program amnesti pajak di Medan, Sumatera Utara pekan lalu merupakan kali kedua yang digelar pemerintah. Sebelumnya sosialisasi program amnesti pajak di Surabaya, dihadiri lebih dari 2.700 pengusaha dan pejabat di wilayah Jawa Timur.
sumber: okezone.com